SATU TON BOILER BERDIRI
Boiler Vertical Bahan Bakar Gas Atau Solar
Boiler adalah mesin yang di rancang sebagai media atau penghantar panas yang di aplikasikan untuk mesin industri dan sebagai penghantar panas yang di fungsikan untuk pemanas produk , maka dari itu boiler sangat berfunsi untuk pemanas berbagai majam produk .Operasional boiler di sebagian besar pabrik gula saat ini banyak yang mengalami
kekurangan pasokan bahan bakar ampas tebu karena penurunan kapasitas giling.Kondisi ini menimbulkan masalah terhadap kontinuitas pasokan energi uap dan listrik di pabrik gula, sehingga untuk mengatasi masalah tersebut banyak dilakukan dengan penambahan bahan bakar alternatif dengan model pembakaran bersama (co-firing). Penelitian ini mencoba melakukan kajian model pembakaran bersama gas atau solar dan c berbasis persentase berat bahan bakar. Penelitian dilakukan berdasarkan data operasional boiler di pabrik gula Trangkil saat musim giling tahun 2022. Data yang dikumpulkan meliputi tekanan,.
kapasitas, dantemperatur uap,
serta temperatur air masuk boiler dan temperatur gas buang. Analisis bahan bakar yang dilakukan adalah uji proksimat dan ultimat. Perhitungan dan simulasi pemakaian bahan bakar, kebutuhan volume furnace, efisiensi, dan rugi-rugi boiler dilakukan menggunakan bantuan analisis software Firecad WTPB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa co-firing dapat menaikkan efisiensi boiler, menurunkan rugi-rugi boiler, menurunkan pemakaian bahan bakar dan kebutuhan volume furnace, serta menurunkan kecepatan gas buang di sekitar pipa-pipa uap utama. Mitigasi risiko harus dilakukan karena sistem ini dapat meningkatkan temperatur furnace, yang dapat meningkatkan potensi slagging dan fouling sehingga mengganggu kinerja boiler saat musim giling
Perkembangan industri gula nasional di pulau Jawa dalam kurun waktu lima tahun terakhir mengalami peningkatan yang sangat cepat dengan adanya penambahan kapasitas olah pabrik gula melalui program PMN (Penyertaan Modal Negara) dalam pengembangan pabrikgula milik BUMN serta pembangunan pabrikgula baru oleh pihak swasta. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir telah dibangun 11 pabrik gula baru baik di pulau Jawa maupun luar pulau Jawa, sehingga menjadikan kapasitas total terpasang pabrik gula baru pada tahun 2022 mencapai 112 ribu TCD (Asosiasi Gula Indonesia, Disisi lain, produksi gula tebu nasional pada tahun 2022 tercatat sebesar 2,13 juta ton atau bisa dikatakan tidak mengalami peningkatan yang signifikan dalam kurun waktu lima tahun terakhir ,Hal ini disebabkan peningkatan kapasitas produksi pabrik gula tidak diimbangi dengan penambahan luas areal tanaman tebu dan jumlah tebu yang akan digiling, bahkan mengalami penurunan Gula Indonesia, 2022). Kondisi ini menimbulkan permasalahan bagi pabrik gula karena pasokan bahan baku tebu menjadi berkurang akibat peningkatankapasitas olah pabrik gula tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah tebu yang akan digiling, sehingga kapasitas olah maksimum pabrik gula sulit dicapai. Pada saat ini terdapat 62 pabrik gula di Indonesia dengan kapasitas terpasang total 316.95 ribu TCD, dengan 43 pabrik gula dimiliki BUMN dan 19 pabrik gula dimiliki perusahaan swasta. Apabila seluruh pabrik gula ini dapat beroperasi secara optimalan efisien, maka dapat menghasilkan produk gula sebanyak 3,5 juta ton/tahun. Jika hal ini terealisasi, maka swasembada gula konsumsi akan dapat tercapai (Kemenperin, 2023).Sampai dengan saat ini, meskipun usaha kerjasama penyiapan lahan tebu baru sistem sinergi BUMN antara PT Perkebunan Nusantara dengan Perhutani telah dilakukan.
Boiler Biomas
Dan diolah oleh pabrik mengakibatkan ketersediaan ampas tebu sebagai bahan bakar utama boiler menjadi berkurang sehingga diperlukan bahan bakar tambahan alternatif selama masa giling pabrik. Bahan bakar alternatif biomassa yang ditambahkan antara lain cacahan gergajian kayu, sekam padi, daduk (cane trash), dan biomassa lainnya dengan total biaya suplesi bahan bakar pembakaran proses pembakaran dua atau lebih bahan bakar yang berbeda pada boiler untuk
membangkitkan daya. Tujuan utama sistem ini adalah menggantikan bahan bakar utama dengan bahan bakar alternatif untuk mendapatkan manfaat tertentu. bahan bakar biomas atau batu bara atau kayu banyak diaplikasikan dengan menggunakan semua jenis boiler yang ada, padahal untuk sebagian jenis boiler awalnya hanya dirancang untuk membakar jenis bahan bakar tertentu atau tidak dirancang untuk sistem pembakaran biomassa, karena berkaitan erat dengan biaya operasional boiler. Dua tipe deposisi abu pada pipa dan dinding boiler dikenal dengan istilah slagging dan fouling. Karakteristik slagging dan fouling dari biomassa baik secara individu maupun dapat mempengaruhi perpindahan panas yang terjadi dan menyebabkan kerugian panas. Ampas tebu (bagasse) adalah bahan bakar dengan komposisi, konsistensi, dan nilai kalor yang bervariasi. Karakteristik ini tergantung pada iklim, jenis tanah tempat tebu ditanam, varietas tebu, metode panen, dan efisiensi pabrik gula. Secara umum, ampas tebu memiliki nilai kalor antara 1600 s.d. 2400 kkal/kg. Sebagai bahan bakar utama boiler di
pabrik gula, ampas tebu merupakan bahan bakar berserat yang memiliki kadar air antara 48% – 52%, sedangkan boiler di pabrik gula biasanya di desain dengan kemampuan bahan bakar ampas dengan kadar air 42 – 57% dan kadar abu dibawah 2,5%. Sementara apabila terdapat tambahan bahan bakar biomassa lain seperti limbah kayu memiliki kadar air bervariasi dari 20% – 60% dan kadar abu 1%- 15%, sehingga dengan sistem pembakaran mengakibatkan terjadinya perubahan kadar air dan kadar abu sehingga potensi kinerja boiler akan berubah.
Variasi kadar air
adalah kadar abu dari bahan bakar baik secara individu maupun cakan mengakibatkan berubahnya nilai kalor pada aliran gas pembakaran yang mempengaruhi unjuk kerja ruang bakar dan superheater pada boiler Dalam pemakaian bahan bakar alternatif biomassa perlu dipertimbangkan jumlah kadar abu (%) serta kandungan unsur di dalamnya yang meliputi unsur yang bersifat basah (alkali) yaitu Fe2O3, CaO, MgO, Na2O, dan K2O serta unsur yang bersifat asam yaitu SiO2, Al2O3, dan TiO2. Kandungan asam dan basa dalam abumemberikan dampak terhadap terjadinya slagging di dapur boiler dan fouling pada peralatan perpindahan panas boiler (piping, superheater, dan air heater).
Kandungan abu yang tinggi dalam bahan bakar ampas tebu juga akan menurunkan produksi uap. Semakin tinggi kadar abu pada bahan bakar ampas tebu dengan kadar air yang sama maka jumlah uap yang dihasilkan pada boiler semakin kecil Karakteristik biomassa yang sangat berbeda dari bahan bakar fosil secara umum meliputi perbedaan dalam kadar air, kadar abu, nilai kalor, dan kandungan alkali logam. Kadar abu biomassa biasanya memiliki konsentrasi logam alkali lebih tinggi seperti kalium (K), klorin (Cl), dan silikon (Si), serta memiliki variasi kadar air yang tinggi dan kandungan sulfur yang lebih rendah. Perbedaan fitur bahan bakar biomassa dan kadar abu tidak hanya berpengaruh pada pembakaran, tetapi juga secara signifikan mengubah potensi perilaku kadar abu untuk membentuk deposit pada suhu dibawah ruang bakar dapur boiler dan akan meleleh di atas boiler grate (Rein.
Penggunaan berbagai jenis biomassa sebagai bahan bakar boiler dapat menimbulkan resiko kontaminasi dan kerusakan yang berbeda pada peralatan pemanas boiler seperti slagging, fouling, korosi, aglomerasi dan sintering Sekam padi memiliki nilai kalor yang lebih rendah dari ampas tebu tetapi memiliki kadar abu yang lebih tinggi, sehingga membutuhkan penyesuaian dalam pengoperasian boiler saat menggunakan sekam padi sebagai bahan bakar alternatif untuk sistem pembakaran bersama dengan ampas tebu.
Berdasarkan analisis komposisi abu ampas tebu dan sekam padi, penerapan sekam padi sebagai bahan bakar batu bara kayau ampas tebu dan lain lain pada boiler di pabrik gula tidak akan menimbulkan potensi kerusakan yang serius seperti slagging, fouling, korosi, sintering, dan aglomerasi, tetapi tingginya persentase kadar abu sekam padi dapat meningkatkan potensi Pemakaian bahan bakar batu bara atau kayu antara ampas tebu dengan sekam padi pada fluidized bed boiler combustor menunjukkan bahwa akan terjadi membangkitkan atau menjadikan efisiensi pembakaran antara 1% s.d. 1.5% akibat meningkatnya kadar abu dalam bahan bakar serta menghasilkan rugi panas sebesar 1.5% akibat kandungan oksigen dalam gas buang (Ninduangdee & Kuprianov, Penelitian tentang pengaruh pemakaian bahan bakar biomassa pada boiler berbasis batubara menunjukkan bahwa pemakaian bahan bakar antara batubara dengan biomassa dapat meningkatkan efisiensi boiler seiring dengan peningkatan persentase biomassa dalam campuran bahan bakar, meningkatkan temperatur gas buang, menaikkan kandungan karbon yang terbakar dalam fly ash, dan menaikkan potensi slagging. Di sisi lain potensi emisi gas buang berupa gas NOx akan naik seiring dengan meningkatnya persentase biomassa sehingga lebih aman bagi lingkungan Kinerja boiler sering dinyatakan dalam efisiensi boiler dan rasio penguapan biasanya akan menurun seiring dengan berjalannya waktu.
Hal ini disebabkan oleh pembakaran dan kualitas bahan bakar yang baik, munculnya slagging atau fouling yang mempermudah perpindahan panas, kualitas air yang sesuai, dan perawatan. Efisiensi boiler secara umum dipengaruhi oleh tiga komponen utama, yaitu efisiensi pembakaran, efisiensi termal, dan efisiensi bahan bakar menjadi uap air (fuel to steam). Pengujian efisiensi dilakukan untuk mendeteksi seberapa besar penyimpangan efisiensi boiler dari kondisi terbaik. Pengujian efisiensi dapat dilakukan menggunakan dua metode, yaitu metode langsung atau metode input-output (metode keseimbangan energi), dan metode tidak langsung atau metode kerugian panas (heat loss). Berdasar metode kerugian panas ini, efisiensi boiler berbahan bakar ampas dominan dipengaruhi oleh kerugian panas pada gas buang (flue gas) dan tingkat kebasahan ampas tebu (Patel & Modi Sebagian besar pengukuran kinerja boiler menggunakan metode kerugian panas mengacu pada standar ASME Fire Steam Generators yang berbasis boiler berbahan bakar batubara.
Hubungi Kami
PT. INDIRA MITRA BOILER
☎️✔081388666204🔥
Comments
No comment yet.